• Jelajahi

    Copyright © Musholla Al Ikhlas
    Musholla Al Ikhlas

    Iklan

    Kajian Ahad Shubuh

    Minggu, 18 Mei WIB Last Updated 2025-05-18T07:32:07Z
    Transfer Zakat, Infak dan Sedekah anda ke rekening BJB 0102083091100 a.n. MUSHOLLA AL IKHLAS dan kirim bukti ke 0816109966
    Tak kenal maka ta’aruf. Ustadz Andi Fahrizal mengawali kajian ahad shubuh di Musholla Al Ikhlas dengan kalimat tersebut. Tentunya setelah salam, tahmid dan taslim, serta doa untuk muwakif musholla dan para guru-asatidz-asatidzah. Ustadz kelahiran asli Ciledug ini dalam sesi perkenalan dirinya menceritakan bahwa beliau adalah khatib Jumat di salah satu hari Jumat terkelam dalam sejarah Indonesia yaitu sehari setelah pecahnya kerusuhan massal nasional di tahun 1998 saat krisis moneter di Indonesia yang juga menandai awal runtuhnya rezim Pemerintahan Orde Baru di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

    Ustadz Andi Fahrizal berlatar belakang pendidikan agama dari Pesantren Darunnajah serta dilengkapi dengan pendidikan tinggi di IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, dan disempurnakan dengan pendidikan S2 (Magister) di Uhamka (Universitas Muhammadiyah Dr. HAMKA - Haji Abdul Malik Karim Amrullah), serta terus tidak putus belajar dari guru-guru dan kyai-kyai beliau lainnya, termasuk Ustadz Abdul Somad, Lc., M.A., dan juga Ustadz Dr. Adi Hidayat dengan berbagai macam metode belajarnya. Saat ini Ustadz Andi Fahrizal adalah seorang Aparat Sipil Negara (ASN) yang bertugas di KUA (Kantor Urusan Agama) Karang Tengah, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

    Ustadz Andi Fahrizal saat membimbing kajian ahad shubuh

    Dalam Kajian Ahad Shubuh kali ini, beliau menjelaskan kembali bahwa agar amal ibadah diterima maka seorang mu'min harus memperhatikan hal-hal berikut:

    1. IKHLAS. 
    Setiap pelaksanaan ibadah harus selalu dilandasi keikhlasan. Niat beribadah harus hanya untuk Allah Subhanahu Wa Taala. Karena setiap perbuatan adalah tergantung niatnya. Hadits mengenai niat dan ikhlas ini terdapat dalam kitab hadits arbain nomor 1:


    حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ


    Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi Abdullah bin az-Zubair, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id al-Anshari, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim at-Taimi, bahwa ia pernah mendengar Alqamah bin Waqash al-Laitsi berkata: "Aku pernah mendengar Umar bin al-Khaththab di atas mimbar berkata: 'Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR. Bukhori: 1)

    Adapun yang dapat membatalkan keikhlasan adalah:
    a. Riya, ingin dilihat dan dipuji oleh manusia saat dikerjakan, 
    b. Sum’ah memperdengarkan/memberitahukan tentang amal perbuatannya pada orang lain setelah dikerjakan, 
    c. ujub takjub akan bagaimana hebatnya dirinya sendiri, 
    d. takabbur atau sombong, menutupi kebenaran merendahkan orang lain

    2. ILMU
    Ibadah yang dikerjakan oleh seorang mukmin harus dilandasi oleh ilmu tentang syariat Islam yang melandasinya, serta ilmu tentang tata cara pelaksanaannya. Untuk mendirikan shalat, maka harus belajar dan memiliki ilmu yang benar tentang tata cara berwudhu yang sah, serta juga tentang tata cara shalat termasuk rukun-rukunnya.

    أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ عَلِيٍّ وَهُوَ ابْنُ يَحْيَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمٍّ لَهُ بَدْرِيٍّ أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْمُقُهُ وَنَحْنُ لَا نَشْعُرُ فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ فَصَلَّى ثُمَّ أَقْبَلَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ وَالَّذِي أَكْرَمَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ جَهِدْتُ فَعَلِّمْنِي فَقَالَ إِذَا قُمْتَ تُرِيدُ الصَّلَاةَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ ثُمَّ ارْكَعْ فَاطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَاعِدًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ ثُمَّ افْعَلْ كَذَلِكَ حَتَّى تَفْرُغَ مِنْ صَلَاتِكَ

    Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dia berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Ibnu 'Ajlan dari 'Ali bin Yahya dari Bapaknya dari pamannya - Badri -, ia menceritakan bahwa seorang laki-laki masuk masjid lalu salat. Ternyata Rasulullah ﷺ selalu memperhatikannya, tetapi kami tidak menyadarinya. Seusai salat ia datang dengan memberi salam kepada Rasulullah ﷺ, lantas beliau bersabda kepadanya, "Kembalilah dan salatlah lagi karena engkau belum salat." Iapun kembali lagi, kemudian menghadap kepada Rasulullah ﷺ lagi, namun beliau ﷺ masih berkata, "Kembalilah dan salatlah lagi karena engkau belum salat." Beliau mengulanginya sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian orang tersebut berkata, "Demi Dzat yang memuliakan engkau wahai Rasulullah ﷺ, aku telah bersungguh-sungguh. Maka ajarilah aku." Rasulullah ﷺ bersabda, "Jika kamu hendak salat, maka berwudulah dan perbaikilah wudumu. Kemudian berdiri dan menghadaplah kiblat. Lalu takbir dan bacalah (Al-Qur'an). Kemudian rukuklah hingga kamu tenang (thuma'ninah) dalam rukukmu. Lalu bangkitlah dari rukuk hingga kamu berdiri tegak, kemudian sujudlah hingga kamu tenang (thuma'ninah) dalam sujudmu, lalu bangkitlah dari sujud. Kerjakanlah semuanya seperti itu hingga kamu selesai dari salatmu." (HR Nasa'i 1296)

    3. Sesuai MAQASID SYARIAH
    Setiap ritual ibadah yang disyariatkan dalam ajaran Islam memiliki hikmah, maksud dan tujuan dari disyariatkannya ibadah tersebut. Di antaranya bahwa shalat itu seharusnya dapat mencegah orang yang mendirikannya dari melakukan perbuatan-perbuatan keji yang merugikan dirinya sendiri serta dari perbuatan-perbuatan munkar, yang akan merugikan selain diri sendiri namun juga orang lain.

    ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ


    Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS Al-'Ankabut 29:45


    4. KASBUL HALAL (mencari rizki dengan jalan yang halal)
    Setiap mukmin harus muhasabah diri dan memastikan bahwa harta yang didapatkan dari usahanya/pekerjaannya adalah harta yang halal. Memastikan juga makanan, minuman, pakaiannya adalah hasil dari pekerjaan atau usaha yang halal. Hal ini juga terdapat dalam hadits arbain nomor 10:


    و حَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ حَدَّثَنِي عَدِيُّ بْنُ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ


    Dan telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin al-Ala`, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Fudlail bin Marzuq, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Adi bin Tsabit, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali hal yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang Mukmin sebagaimana perintah-Nya kepada para Rasul di dalam firman-Nya, 'Wahai para rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan beramal salehlah. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Allah juga berfirman, 'Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu.' Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang seseorang yang menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut nan kusam. Orang itu menadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, 'Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.' Hanya saja, makanannya bersumber dari yang haram, begitu pula minumannya, pakaiannya, dan segala sesuatunya dihasilkan dari yang haram. Lantas, bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?!" (HR. Muslim 1686)

    5. BIRRUL WALIDAIN (berbakti pada orang tua).

    Cukuplah pelajaran berharga dari seorang sahabat bernama Alqomah. Sewaktu hidup beliau selalu sholat di belakang Rasulullah. Tapi akhir hayatnya sangatlah menyedihkan. Beliau sukar sekali menghadapi sakaratul maut dan ternyata penyebabnya karena dia pernah menyakiti hati ibunya. Rasulullah mengatakan jika ibu tidak mau memaafkan anaknya maka aku akan perintahkan para sahabat mengumpulkan kayu bakar untuk membakar anaknya. Menangislah hati ibunya Alqomah tersebut kemudian kemudian memaafkan anaknya. Tak lama kemudian wafatlah Alqomah setelah dimaafkan ibunya.



    Bapak-bapak Ibu-ibu jamaah mengikuti kajian ahad shubuh

    Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keberkahan hidup Ustadz Andi Fahrizal yang telah menyedekahkan waktu dan ilmunya di sesi kajian ahad shubuh kali ini, dan juga memberikan manfaat kepada seluruh jamaah atas semua yang dipelajari dari kajian ini.
    Aamiin.
    Komentar

    Tampilkan